1. Pengertian
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang
sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan
keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan,
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan
holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional
2.Tujuan
Pendidikan Jasmani
1. Mengembangkan keterampilan
pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani
serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang
terpilih
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik
3. Meningkatkan kemampuan dan
keterampilan gerak dasar
4. Meletakkan landasan karakter moral
yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur,
disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis
6. Mengembangkan keterampilan untuk
menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan
7. Memahami konsep aktivitas jasmani
dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai
pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil,
serta memiliki sikap yang positif
3. Ruang
Lingkup Pendidikan Jasmani
1. Permainan dan olahraga meliputi:
olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan
manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola
voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas
lainnya
2. Aktivitas pengembangan meliputi:
mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta
aktivitas lainnya
3. Aktivitas senam meliputi:
ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan
senam lantai, serta aktivitas lainnya
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak
bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya
5. Aktivitas air meliputi: permainan di
air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas
lainnya
6. Pendidikan luar kelas, meliputi:
piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki
gunung
7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan
perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih
makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu
istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek
kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua
aspek
4. Gerak
sebagai kebutuhan anak
Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan
senantiasa indah, dipenuhi keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson
dalam sebuah ungkapannya. Namun demikian, menurut Carson, adalah kemalangan
bagi kebanyakan kita bahwa dunia yang cemerlang itu terenggut muram dan bahkan
hilang sebelum kita dewasa
Dunia anak-anak memang menakjubkan, mengandung aneka
ragam pengalaman yang mencengangkan, dilengkapi berbagai kesempatan untuk
memperoleh pembinaan . Bila guru masuk ke dalam dunia itu, ia dapat membantu
anak-anak untuk mengembangkan pengetahuannya, mengasah kepekaan rasa hatinya
serta memperkaya keterampilannya
Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain mereka
belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segala macam
dipelajarinya, dari menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai
benda di lingkungan sekitarnya
Pendidikan
olahrag(http//:pendidikan-jasmani.html)
5. Perbedaan
Makna Pendidikan Jasmani Dan Pendidikan Olahraga
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh
guru-guru penjas belakangan ini adalah : “Apakah pendidikan jasmani?”
Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh yang paling berhak
menjawab pertanyaan tersebut
Hal tersebut mungkin terjadi karena pada waktu
sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru penjas, melainkan guru
pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama
mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata
pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984,
menjadi pelajaran “pendidikan jasmani dan kesehatan” (penjaskes) dalam
kurikulum1994.
Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber
belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya
sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan,
dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal muatan filosofis dari kedua istilah
di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya,
apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat
gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan,
permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk
mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini
dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan
keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial.
Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam
mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada hasilnya. Dengan
demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan
murid serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi
pertimbangan utama.
Makna dan Misi Pendidikan Jasmani
dan Olahraga di Lembaga Pendidikan.
Lembaga Pendidikan adalah Lembaga formal yang
terpenting untuk pembinaan mutu sumber daya manusia. Dalam Lembaga Pendidikan,
siswa dibina untuk menjadi sumber daya manusia yang unggul dalam aspek jasmani,
rohani dan sosial melalui berbagai bentuk media pendidikan dan keilmuan yang
sesuai.
Acuan tertinggi mutu sumber daya manusia adalah SEHAT
WHO yaitu sumber daya manusia yang Sejahtera jasmani, rohani dan sosial, bukan
hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun kelemahan. Sehat WHO adalah konsep
sehat yang menjadi cita-cita, tujuan atau acuan pembinaan mutu sumber daya
manusia yaitu sehat sempurna, sehat ideal atau sehat/ sejahtera paripurna, yang
merupakan hal yang hampir mustahil untuk dapat dicapai.
Pendidikan Jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan
untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang
merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi
aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan
pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek
sejahtera Rohani (melalui kegiatan jasmani), yang dalam lingkup sehat WHO
berarti sehat rohani.
Olahraga adalah kegiatan pelatihan jasmani, yaitu
kegiatan jasmani untuk memperkaya dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
gerak dasar maupun gerak ketrampilan (kecabangan olahraga). Kegiatan itu
merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera jasmani atau sehat jasmani yang
berarti juga sehat dinamis yaitu sehat yang disertai dengan kemampuan gerak
yang memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari, artinya ia memiliki
tingkat kebugaran jasmani yang memadai.
Olahraga masaal adalah bentuk kegiatan olahraga yang
dapat dilakukan oleh sejumlah besar orang secara bersamaan atau yang biasa disebut
sebagai olahraga masyarakat yang hakekatnya adalah olahraga kesehatan, sebab
dalam melakukan kegiatan olahraga tersebut hanya satu tujuannya yaitu
memelihara atau meningkatkan derajat sehat (dinamis)nya. Olahraga masyarakat
atau olahraga kesehatan dengan demikian merupakan bentuk olahraga yang dapat
mewujudkan kebersamaan dan kesetaraan dalam berolahraga, oleh karena pada
olahraga itu tidak ada tuntutan ketrampilan olahraga tertentu. Dengan demikian
maka olahraga kesehatan (Or-Kes) atau olahraga masyarakat (Or-Masy) merupakan
bentuk pendekatan ke aspek sejahtera sosial (sehat sosial = kebugaran sosial)
Demikianlah maka Pendidikan Jasmani dan Olahraga di
Lembaga Pendidikan mempunyai tujuan membina mutu sumber daya manusia seutuhnya
yaitu manusia yang sehat/ bugar seutuhnya atau sejahtera seutuhnya yaitu
sejahtera jasmani, rohani dan sosial sesuai rumusan sehat WHO
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan
holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak
sebagai
sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai
seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah
suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan
gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak
manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik
dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap
wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang
menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan
jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Per definisi, pendidikan jasmani diartikan
dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika
disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat
fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa
melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan
dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya
pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi
aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak
langsung.
Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan
jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh
semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari
aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada
bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan
kualitas pikiran dan juga tubuh.
Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus
menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula
penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif.
Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses
menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam
tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan
pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
Kesatuan
Jiwa dan Raga
Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah
pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa
jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu,
disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan
menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme,
yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa
melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang
baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan
ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik
mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Tepatlah
ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah
aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu
sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan
jasmani.
Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan
di sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut
saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban tugas
penjas sendiri?
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan
terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga
pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih
kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas
sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru
penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan
jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya
masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik
semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih
dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani
di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah
lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama
sekali.
Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan
manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan
masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan
praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang
menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang
bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan
seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang
kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek)
adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita.
Hubungan
Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita
harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga
(sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan
dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru
atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani
secara lebih konseptual.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan
sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal
yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik.
Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun
elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain
yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa
olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang
menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi,
pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga
melibatkan aktivitas kompetitif.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas
kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah
disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa
bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis
maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan
aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung,
kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah
aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan
kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata
bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga,
tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena
aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung
elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah
satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya.
Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah
aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan
Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk
mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun
keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani
melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam
konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain
dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga
olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga
profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi
kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan
bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk
kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan
pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus
beriringan bersama.
Lalu
bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)?
Para ahli memandang bahwa rekreasi adalah aktivitas
untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah
satu definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu,
aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi
fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membunuh
waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, mental dan
sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja,
dan karenanya merupakan kebutuhan semua orang.
Dengan demikian, penekanan dari rekreasi adalah dalam
nuansa “mencipta kembali” (re-creation) orang tersebut, upaya revitalisasi
tubuh dan jiwa yang terwujud karena ‘menjauh’ dari aktivitas rutin dan kondisi
yang menekan dalam kehidupan sehari-hari. Landasan kependidikan dari rekreasi
karenanya kini diangkat kembali, sehingga sering diistilahkan dengan pendidikan
rekreasi, yang tujuan utamanya adalah mendidik orang dalam bagaimana
memanfaatkan waktu senggang mereka.
Sedangkan dansa adalah aktivitas gerak ritmis yang
biasanya dilakukan dengan iringan musik, kadang dipandang sebagai sebuah alat
ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya tertentu, yang pada
perkembangannya digunakan untuk hiburan dan memperoleh kesenangan, di samping
sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan, di samping sebagai
kegiatan yang menyehatkan.
Di Amerika, dansa menjadi bagian dari program pendidikan jasmani, karena dipandang sebagai alat
untuk membina perbendaharaan dan pengalaman gerak anak, di samping untuk
meningkatkan kebugaran jasmani serta pewarisan nilai-nilai. Meskipun menjadi
bagian penjas, dansa sendiri masih dianggap sebagai cabang dari seni.
Kemungkinan bahwa dansa digunakan dalam penjas terutama karena hasilnya yang
mampu mengembangkan orientasi gerak tubuh. Bahkan ditengarai bahwa aspek seni
dari dansa dipandang mampu mengurangi kecenderungan penjas agar tidak terlalu
berorientasi kompetitif dengan memasukkan unsur estetikanya. Jadi sifatnya
untuk melengkapi fungsi dan peranan penjas dalam membentuk manusia yang utuh
seperti diungkap di bagian-bagian awal naskah ini.
Manfaat Olahraga
Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental
menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya
perasaan bahagia. Bahwa olahraga membuat peredaran darah menjadi lancar,
membakar lemak dan kalori, serta mengurangi risiko
darah tinggi
dan obesitas merupakan suatu hal yang diketahui umum.
Riset
terbaru menunjukkan suatu kelebihan lain dari aktivitas ini. Olahraga
sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran
jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya perasaan bahagia.
Secara lebih
jelas Daniel Landers, profesor pendidikan olahraga dari Arizona State
University mengungkapkan lima manfaat olahraga terhadap otak Anda.
1.
Meningkatkan kemampuan otak
Latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan
konsentrasi, kreativitas, dan kesehatan mental. Karena olahraga bisa
meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju
otak. Para ahli percaya bahwa hal-hal ini dapat mendorong reaksi fisik dan
mental yang lebih baik.
2. Membantu
menunda proses penuaan
Riset membuktikan bahwa latihan sederhana seperti
jalan kaki secara teratur dapat membantu mengurangi penurunan mental pada
wanita di atas 65 tahun. Semakin sering dan lama mereka melakukannya makan
penurunan mental kian lambat. Kabarnya, banyak orang merasakan manfaat
aktivitas itu setelah sembilan minggu melakukannya secara teratur tiga kali
seminggu. Latihan ini tidak harus dilakukan dalam intensitas tinggi. Cukup
berupa jalan kaki di sekitar rumah.
3.
Mengurangi stres
Olahraga dapat mengurangi kegelisahan. Bahkan lebih
jauh lagi, bisa membantu Anda mengendalikan amarah. Latihan aerobik dapat
meningkatkan kemampuan jantung dan membuat Anda lebih cepat mengatasi stres.
Aktivitas seperti jalan kaki, berenang, bersepeda, dan lari merupakan cara
terbaik mengurangi stres.
4. Menaikkan
daya tahan tubuh
Jika Anda senang melakukan olahraga meski tak terlalu
lama namun sering atau lama namun dengan santai melakukannya, maka aktivitas
itu bisa meningkatkan hormon-hormon baik dalam otak seperti adrenalin,
serotonin, dopamin, dan endorfin. Hormon ini berperan dalam meningkatkan daya
tahan tubuh. Studi yang dilakukan di Inggris memperlihatkan bahwa 83 persen
orang yang memiliki ganguan mental mengandalkan olahraga untuk meningkatkan
mood dan mengurangi kegelisahan.
Landers mengatakan untuk orang yang menderita depresi
ringan dan sedang, olahraga sedikitnya 16 minggu bisa menimbulkan efek yang
sama dengan menelan obat antidepresi seperti Zoloft dan Prozac.
Sementara para peneliti di Duke University menemukan
bahwa 60 persen orang depresi yang melakukan olahraga selama empat bulan dengan
frekuensi tiga kali seminggu dan setiap latihan selama 30 menit bisa mengatasi
gejala ini tanpa obat. Meski tergolong langkah yang mujarab namun bukan berarti
pengobatan bisa langsung dihentikan, apalagi bagi yang mengalami depresi berat.
5.
Memperbaiki kepercayaan diri
Umumnya semakin mahir seseorang dalam suatu jenis
aktivitas, maka kepercayaan diri pun akan meningkat. Bahkan suatu riset
membuktikan bahwa remaja yang aktif berolahraga merasa lebih percaya diri
dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak melakukan kegiatan serupa.